Senin, 11 Oktober 2010

Hiduplah dengan Cinta

Hiduplah dengan cinta

kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, karena kita tidak boleh selalu melihat ke  belakang. Tapi pandanglah semua itu ke depan. Pandanglah masa depan yang terbentang di depan. Memang kita boleh sekali-kali menengok ke belakang, menengok masa lalu kita. Tetapi hendaknya itu hanya sebagai bahan evaluasi semata. Ibarat kaca spion yang ada di sepeda motor, kita pergunakan ia seperlunya. Jangan terus melihat spion hingga lupa tidak melihat jalanan di depan. Kalau terjadi demikian maka menabraklah kita.

Kita dilahirkan dengan 2 buah telinga di kanan dan di kiri, supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua sisi. Agar kita bisa menerima informasi lebih akurat dari dua sisi. Untuk bisa mengumpulkan pujian dan kritik dan menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah. Dengan mendengar dari kedua telinga inilah kita diharapkan mampu menjadi orang yang adil, tidak pilih kasih. Dengan kedua telinga inilah, diharapkan ketika kita menjadi seorang pimpinan menjadi pemimpin yang banyak mendengar lebih banyak segala keluh kesah dari rakyat yang dipimpin.

Kita dilahirkan dengan otak di dalam tengkorak kita. Sehingga tidak peduli semiskin apa pun kita, kita tetap kaya. Karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri otak kita, pikiran kita, ide-ide kita. Dalam otak yang tertanam amat dalam inilah tempat harta karun berupa ilmu kita berada yang tentu saja lebih berharga daripada emas dan perhiasan. Otak ini pulalah yang mampu menyinarkan keunggulan diri kita jauh melampaui dari cantiknya atau tampannya wajah yang membalutnya.

Kita lahir dengan 2 mata, 2 telinga tapi kita hanya diberi 1 buah mulut. Karena mulut adalah senjata yang sangat tajam, mulut bisa menyakiti, bisa membunuh, bisa menggoda, dan banyak hal lainnya yang tidak menyenangkan. Sehingga ingatlah bicara sesedikit mungkin tapi lihat dan dengarlah sebanyak-banyaknya. Ibarat pepatah mengatakan memang lidah tak bertulang. Oleh karena itulah jagalah ia baik-baik.
Kita lahir hanya dengan 1 hati jauh didalam tulang iga kita. Mengingatkan kita pada penghargaan dan pemberian cinta diharapkan berasal dari hati kita yang paling dalam. Belajar untuk mencintai dan menikmati betapa kita dicintai tapi jangan pernah mengharapkan orang lain untuk mencintai kita seperti kita mencintai dia. Berilah cinta tanpa meminta balasan dan kita akan menemukan cinta yang jauh lebih indah. Dengan cinta terpatri kuat dalam setiap amalan kita, niscaya hidup kita akan menjadi jauh lebih indah. Hidup ini akan menjadi jauh lebih bermakna. Renungkanlah. [elha]
 
sumber: www.lpuq.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar